Sabtu, 10 Mei 2008

ai-ling yang sexi



Di kampusku ada seorang gadis yang cantik jelita, namanya Ai Ling,
ia keturunan China. Kulitnya putih mulus, rambutnya di-highlight
kemerahan panjang, bentuk tubuh langsing dan proporsional. Sekali
melihatnya kita akan langsung mengetahui bahwa ia anak orang kaya.
tetapi yang paling kusuka darinya yaitu payudaranya yang besar,
kutaksir berukuran sekitar 36B. Aku sering bermasturbasi dengan
membayangkan kubuka BH-nya pelan-pelan dan tampaklah dua gunung
padat menawan. Lalu kubayangkan kuperkosa ia, kubuat badannya dan
susunya terguncang-guncang, tak peduli ia menjerit-jerit kesakitan
dan meronta-ronta. tetapi itu tak perlu kuceritakan lebih lanjut,
karena akan kuceritakan pengalamanku yang sesungguhnya, yaitu
memperkosa Ai Ling.



Kampusku, T, terkenal dengan mayoritas mahasiswa keturunan Chinanya.
Kami kaum pribumi hanya menjadi warga minoritas di sana. Sudah
minoritas, kebanyakan laki-laki pula. Kalaupun di antara kami ada
yang perempuan, biasanya jelek, gendut dan hitam kulitnya seperti
kulitku. tetapi jangan memandang enteng diriku, aku berbadan besar,
tinggi dan "adikku" panjangnya 18 cm bila sedang "on". Suatu hari si
Ai Ling ini datang ke kampus dengan memakai baju ketat berwarna
merah yang menonjolkan keindahan bentuk payudaranya dan celana
panjang hitam yang memperlihatkan lekukan pinggulnya. Sebenarnya
sudah biasa ia datang ke kampus dengan pakaian seperti itu, tetapi
kali ini aku tak sanggup menahan birahiku yang sudah tertahan sejak
lama. Pokoknya kali ini aku harus mendapatkannya, pikirku waktu itu.
Ia lewat di depanku, aku hanya bisa menahan ludah mencium bau harum
tubuhnya dan melihat kedua susunya yang seakan minta kuremas-remas.
Saat ia menuju ke arah mobilnya kuikuti ia. Kebetulan tempat parkir
kampusku sepi karena waktu itu sudah sore sekali, jam 6:00. Saat ia
membuka pintu mobil, kubekap mulutnya dan kutempelkan pisau di
lehernya yang jenjang.




"Heh! Lu jangan macem-macem ya kalo masih pengin hidup! Sekarang
kita masuk mobil, lu yang mengemudi dan ingat, pisau ini siap
ngeluarin usus lu kalo lu macem-macen di jalan!" ancamku. "I... iya
Mas, ampun! Jangan sakiti saya!" kata Ai Ling meratap mohon ampun.
Rencana itu berjalan sukses, satpam yang menjaga pintu gerbang
kampus tidak curiga begitu mobil kami lewat. Jelas ia tak berkutik,
di sampingnya ada aku yang memeganginya dan menempelkan pisau di
pinggangnya.



Sepanjang jalan Ai Ling meratap-ratap mohon belas kasihan, ia bilang
aku boleh mengambil semua duitnya, perhiasan dan handphone jika ia
dibiarkan pergi. Mimpi kali dia, mana mungkin aku melepaskan gadis
secantik dia tanpa di-"mainin" dulu. Akhirnya kami sampai di
rumahnya. Sudah kuselidiki dulu kalau ia tinggal sendirian di rumah
besar itu tanpa pembantu dan orangtua. Orangtuanya sering ke luar
negeri untuk urusan bisnis. Kugiring ia ke dalam kamar khusus
karaoke yang kedap suara dan kukunci pintunya. Sebelumnya aku sudah
mencabut kabel telepon, mengunci pagar dan lain-lain agar tidak
tampak sesuatu yang mencurigakan dari luar. Wajahnya sudah pucat
pasi membayangkan apa yang akan kuperbuat. "Mas mau apa... Aaw!" Aku
segera merobek t-shirtnya dan terlihat dua buah bukit indah yang
seakan tidak cukup ditampung oleh BH-nya. Ia lari ke ujung kamar,
tetapi aku segera memburunya dan menarik BH-nya hingga kini
payudaranya terlihat jelas. Susunya ternyata lebih besar dari
dugaanku dan warnanya lebih putih dari kulit tangannya. Dengan nafsu
kuremas-remas, ia berteriak kesakitan dan meronta melepaskan diri.
Aku semakin bernafsu, kutarik celananya dengan paksa sambil kuremas
susunya lebih kuat lagi.




Tanpa kesulitan aku berhasil merobek celana dalamnya, ia kalah
tenaga denganku yang berbadan besar ini. Langsung kuangkat ia,
pantatnya kuangkat dengan tanganku dan kemaluannya kupompa dengan
paksa. Ia berteriak kesakitan karena ukuran batang kemaluanku yang
besar itu dan dengan kalap mencakar dan memukul mukaku. Tindakannya
justru membuatku semakin bernafsu, makin cepat dan dalam kupompa dia.
Ia menjerit-jerit dan mencakar tangan dan dadaku. Justru rasa sakit
membuatku makin bernafsu, dengan kasar kugoncang dia naik-turun
seperti naik kuda-kudaan. Rupanya Ai Ling masih perawan, aku bisa
merasakan darah segar mengalir dari lubang kewanitaannya ke pangkal
pahaku. Pantas ia merasakan sakit yang amat sangat, itu karena aku
menembus selaput daranya dengan paksa. Posisi sekarang berubah, aku
duduk dengan dia duduk di pangkuanku. Lama-lama tenaganya melemah
dan tiba-tiba ia mengejang, kedua kakinya melingkari punggungku.
Kurasakan kemaluannya telah basah, rupanya pompaanku yang ganas dan
ukuran kemaluanku telah membuatnya orgasme walau ia berusaha
menolaknya. Ai Ling langsung lemas dan tanpa perlawanan ia jatuh ke
belakang. Karena aku belum sampai, kutahan tubuhnya agar tetap di
pangkuanku dan terus kupompa ia. Dalam posisi itu kuhisap pentilnya
yang coklat dan kugigit payudaranya yang besar hingga berdarah dan
memerah. Ai Ling hanya bisa menangis sesenggukan tanpa melawan lagi,
sudah pasrah rupanya.



15 menit, aku belum juga ejakulasi, kubalik tubuhnya hingga
menungging dan tanpa basa-basi kutembus anusnya langsung sampai
sedalam-dalamnya dengan batang kemaluanku yang 18 cm itu. Sejenak Ai
Ling seperti tersentak kaget dan berusaha melepaskan diri. Ia
meronta sekuat tenaga tetapi kupegangi pinggangnya dengan kedua
tanganku kuat-kuat. Ia kembali mencakarku membabi buta dan rasa
sakit itu membuatku lebih bersemangat memompa Ai Ling. Satu tanganku
kugunakan untuk meremas susunya kuat-kuat dan satunya lagi kugunakan
untuk menyodok kemaluannya dalam-dalam keluar masuk. Kali ini ia
benar-benar tidak bisa berkutik. Kurasakan anusnya sudah lecet
tergesek oleh batang kemaluanku tetapi kemaluannya basah karena
rangsangan hebatku. Tiba-tiba ia menggigit tanganku yang kugunakan
untuk meremas susunya. Aku terpaksa melepaskannya karena kesakitan
dan ia berhasil melepaskan anusnya dari batang kemaluanku. Ai Ling
lari ke pintu tetapi ia tak bisa membukanya karena kuncinya ada di
saku celanaku. Nafsuku yang belum terpuaskan membuatku marah, kuburu
ia dan kupukul muka serta payudaranya yang besar dan kenyal itu. Ai
Ling terjerembab dengan mulut berdarah. "Oh jadi elu mau maen kasar
ya, OK!!" teriakku. Kupukuli dada, perut dan mukanya hingga ia jatuh
lemas dengan muka sembab. Kulitnya yang putih mulus tampak memerah
dan Ai Ling sudah setengah sadar, yang jelas ia tak bisa bangkit
lagi.



Dari tasku kukeluarkan dua anting-anting berbentuk ring dan salah
satunya kutindikkan ke puting payudara Ai Ling. Ai Ling menjerit
kesakitan dan darah langsung mengalir di susunya. Aku semakin
bernafsu melihatnya dan ia memberontak berusaha lari lagi. Kali ini
kupukul ia kuat-kuat sampai ia pingsan dan memudahkanku untuk
memasang anting-anting kedua. Darah yang mengalir dari puting dan
kemaluan Ai Ling semuanya kuhisap dan kujilati sampai kering. Dengan
pingsannya dia, aku bisa sesuka hati berganti posisi. Pertama
kuangkat ia dan kududukkan di pangkuanku sambil kunaik-turunkan
pinggulnya. Lalu dari belakang kupompa ia sekuat tenaga. Masih belum
juga aku ejakulasi. Kedua kakinya kunaikkan ke bahuku dan kubentang
lebar-lebar lalu kupompa kemaluannya yang berdarah-darah dengan
kencang. Perlu sekitar 50 kali pompaan untuk mengeluarkan spermaku.
Semuanya kutumpahkan di dalam sebanyak 5 kali semprotan. Sisanya
yang mengalir keluar kuambil dan kulapkan di susu dan perutnya.
Kunikmati dulu keadaan itu, dimana batang kemaluanku masih tertancap
di lubang kemaluannya. Kulihat wajah cantiknya yang bersimbah peluh
masih pingsan, tampak tak berdaya, nafsuku timbul lagi. Sayang
sekali jika aku hanya menyetubuhinya satu kali hari ini.




Kupapah ia ke kamar mandinya yang ternyata sangat mewah. Bak
mandinya kuisi dengan air hangat sampai penuh dan Ai Ling
kubaringkan di situ. Kulit putih mulusnya yang basah kuyup membuat
batang kemaluanku yang tadinya lemas kembali tegang. Aku duduk di
dalam bak mandi itu juga, dihadapannya, dan kali ini dengan leluasa
kujamah seluruh tubuhnya dan kuremas-remas payudaranya yang besar
itu. Putingnya yang beranting-anting kuisap, kusedot seluruh darah
yang tersisa. Lalu kuangkat tubuhnya dan kusedot kemaluannya sampai
seluruh cairan kewanitaannya habis. Tiba-tiba aku teringat, Ai Ling
bisa sadar kapan saja dan meronta-ronta. Dengan cepat kucari tali
untuk mengikat kedua tangannya ke belakang erat-erat. Di dalam bak
mandi itu aku kembali memasukkan batang kemaluanku ke lubang
kemaluannya. Kupompa ia dengan cepat selama 15 menit. Karena
merasakan ada benda yang mengganjal dan keluar masuk di kemaluannya,
akhirnya Ai Ling sadar. Ia mendesah karena belum sepenuhnya sadar
dari pingsannya. Aku tak peduli, kugenjot terus ia sampai cairan
maniku keluar dan kutumpahkan di dalam kemaluannya. Ia akhirnya
sadar, menangis sesenggukan dan berusaha meronta walau tangannya
terikat. Ia kembali merintih mohon ampun dan mengeluh kesakitan di
kemaluannya.



Kucabut batang kemaluanku dan kulihat kemaluannya, ternyata agak
bengkak kemerahan. Rupanya kemaluannya tak sanggup menampung batang
kemaluanku yang besar dan gesekan terus-menerus yang kasar. Entah
kenapa, keadaan itu malah membuatku makin terangsang.
Ketidakberdayaan Ai Ling dan kemaluannya yang bengkak itu membuatku
bernafsu memasukkan batang kemaluanku yang besar ke lubang
kemaluannya sekali lagi. Kali ini kutancapkan dalam-dalam dan
kupompa ia sekuat-kuatnya. Ia menjerit-jerit kesakitan mohon ampun,
meronta-ronta dengan tangan terikat, tetapi aku tetap memompanya
dengan penuh semangat di bak mandi itu. Akhirnya ia pingsan karena
kusenggamai terus-menerus selama 3 jam. Kulihat kemaluannya sudah
bengkak dan kembali mengeluarkan darah. Kemudian kufoto ia dengan
kamera yang sudah kupersiapkan sebanyak 1 rol film dari berbagai
posisi. Kucuci cetak foto itu dan kutunjukkan ke Ai Ling tiga hari
kemudian pada saat ia masuk kuliah. Ia kuancam dengan janji tak akan
kuedarkan foto itu asal ia mau kusenggamai tiap hari di rumahnya.
Dengan terpaksa akhirnya Ai Ling melayaniku tiap hari sampai aku
bosan dan mencari mangsa lain. tetapi yang membuatku bangga,
walaupun ia kuperkosa, tetapi ia selalu orgasme berkali-kali setiap
kupakai tubuhnya.







Tidak ada komentar: